Profil Lengkap Archanda Tahar, Anak Kita yang Jadi 'Anak' Amerika

Bukti Paspor Archandra Tahar Warga Negara AS 

Siapa Archandra Tahar? Pria kelahiran Padang, 10 Oktober 1970 ini seorang ahli kilang lepas pantai atau offshore, doi terakhir kali menjabat sebagai Presiden Direktur Petroneering di Houston, sebuah perusahaan pengembangan teknologi dan enginering yang fokus dalam desain dan pengembangan kilang offshore di Amrik sono.
Doi yang punya nama lengkap Arcandra Tahar ini katanya punya pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang hidrodinamika dan offshore. Setelah mengembangkan keahlian khususnya di sekolah, doi juga pernah bekerja di berbagai perusahaan migas baik sebagai pengembang maupun produksi seperti Spar, TLP, Compliant Tower, Buoyant Tower dan Multi Colum Floater selama 13 tahun terakhir. Si Tahar juga punya hak paten terkait teknik kilang lepas pantai.
Doi merupakan lulusan Tehnik Mesin ITB (masuk tahun 1989), juga lulusan Ocean Engineering dari Texas A & M University pada tahun 2001 dengan gelar Master of Science and Doctor of Philosophy degrees in Ocean Engineering. Sebelumnya, doi juga menjabat jadi wakil ketua terakhir Mekanika Offshore dan Arctic Engineering Society, Houston.

Riwayat Pendidikan Archandra Tahar
  • SMP Negeri 13 Padang (1983-1986)
  • SMA Negeri 2 Padang (1986-1989)
  • ITB Teknik Mesin : 1989 -1994
  • Texas A&M University Ocean Engineering : 1996 – 1998
  • Texas A& M Univeristy Ocean Engineering (Doctor of Philosophy) : 1998 – 2001







Polemik Kewarganegaraan
Sejak beredarnya pesan berantai di kalangan wartawan pada 13 Agustus 2016, isu kewarganegaraan Archandra ini terus menggelinding ke publik. Tentu saja ada yang pro dan ada yang kontra. Akhirnya, Jokowi memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat Archandra Tahar pada 15 Agustus 2016. Publik pun semakin geger. Tapi, penyakit orang Indonesia kan agan tahu sendiri: gampang Baper! Terutama yang pro dengan Tahar ini beralasan bahwa Tahar itu salah satu SDM terbaik bangsa, jangan disia-siakan hanya karena status warga negara.

Eit, jangan kebablasan bapernya ya. Kalo ane sih gampang buat nangkis  opini nyinyir begitu. Suruh aja lihat UU No 39 Tahun 2008 yang ngatur tentang Kementerian Negara. Di Pasal 22 agan bisa lihat redaksinya menyatakan 'Untuk Dapat Diangkat Menjadi Menteri, Seseorang Harus Memenuhi Persyaratan Warga Negara Indonesia', sekali lagi, Warga Negara Indonesia! Bukan warga negara papua nugini atau Amrik. Nah, kalau dari awal sudah diketahui telah melanggar UU, masa mau tetap diterusin jadi menterinya. Bagaimana dengan keabsahan produk kebijakan yang dibuat sama doi, apa enggak lebih sia-sia tuh? Keputusan Jowoki untuk berhentikan doi udah tepat kok. Jangan keterusan ya bapernya.


Infiltran Amerika Untuk Selamatkan Freeport?
Belum selesai ane ngelus-ngelus dada terkait lolosnya WNA jadi menteri kabinet, ane kembali dibuat shock dengan pemberitaan di pelbagai media nasional yang menyebutkan kalo menteri yang barusan aja dicopot ini berhasil buat Freeport memperpanjang kontrak ekspor mineralnya sampe tahun 2017 (padahal waktu doi tanda tangani tanggal 10 Agustus 2016, kontrak freeport udah habis tanggal 8 agustus 2016). Siapa yang enggak enek coba? Berasa drama di film-film Hollywood sana yang nyeritain politik busuk CIA.

Doi mencatat rekor sebagai menteri paling cepat diberhentikan, tapi juga tercatat sebagai menteri yang paling cepat nentuin kebijakan super-super strategis negara. Apa tendensinya kalau selain adanya kemungkinan memihak ke Amerika? Asli, ane masih dongkol sama orang-orang begini. Jelas-jelas pengkianat negara. 

Lebih sakit hati lagi kalo bayangin warga papua yang masih terjebak dalam kemiskinan, juga kalau kembali mengingat masih banyak manusia-manusia gerobak di Jakarta yang masih menganggap gerobaknya is the most comfortable bed in the world!

Kejadian Archandra ini bagi ane adalah kado terburuk perayaan kemerdekaan RI. Ironis, disaat kita memperingati pengorbanan pendiri bangsa dan kakek buyut kita yang rela ngorbanin nyawa dan harta biar bangsa ini merdeka, biar anak cucunya sejahtera. Eh, malah dihancurin oleh demagog-demagog yang bikin republik ini susah maju. Plus, banyak manusia-manusia baper yang asal jeplak beropini padahal buta terhadap aturan.

Ane berusaha blak-blakan aja ngeluarin unek-unek. Tapi satu prinsip ane yang sampe sekarang masih ane pegang, yaitu lebih baik membiasakan kebenaran daripada membenarkan kebiasaan yang belum tentu benar. Yah, minimal kali aja Jokowi baca dan jadi sadar (hahaha, ngarep!).

Selamat merenungi arti kemerdekaan, Merdesa!

0 Response to "Profil Lengkap Archanda Tahar, Anak Kita yang Jadi 'Anak' Amerika"

Post a Comment