Membedah 'Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin'


Gambar model : Degi M.A
Seyogyanya, keshalehan spritual dapat di imbangi dengan
keshalehan sosial
Oleh : Kurniawan T Arief

Cirebon mempunyai sejarah masa lampau yang sangat cemerlang, sehingga terkenal di seantero Nusantara. Seorang tokoh yang mengislamkan Cirebon khususnya dan Jawa Barat pada umumnya adalah Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Ketika masih hidup dan memimpin Cirebon, Beliau berwasiat kepada masyarakatnya “Ingsun titip Tajug lan Fakir Miskin.” Kalimat tersebut sangat familiar di masyarakat Cirebon. Begitu familiarnya oleh pemerintah daerah baik kota maupun kabupaten Cirebon kalimat tersebut dipasang diberbagai sudut jalan. Kalimat tersebut konon berasal dari Sunan Gunung Jati, salah satu wali sanga. Sebagai wasiat Sunan Gunung Jati kepada masyarakat Cirebon.Arti kalimat tersebut kurang lebih “saya titip masjid dan fakir miskin”. Bagaimana kondisi masyarakat Cirebon pada waktu itu? Sehingga beliau berwasiat seperti itu. Apakah wasiat tersebut masih relevan bagi masyarakat Cirebon? Mari kita telaah secara singkat.
Yang pertama adalah ingsun titip tajug (saya menitipkan musholla/masjid). Secara harfiah, sekilas memang dapat diartikan musholla sebagai tempat beribadah umat islam secara kolektif/bersama. Namun jika menelisik lagi ke sisi historis, makna tajug (musholla) bagi masyarakat Cirebon di era jaman Sunan Gunung Jati hidup mempunyai dualisme fungsi, yaitu ; 1. Fungsi keyakinan/agama, dan 2. Fungsi Sosial kemasyarakatan. Kenapa fungsi social kemasyarakatan? Karena ketika itu masjid/mushola dijadikan symbol interaksi social segala lapisan eleman masyarakat dari berbagai latarbelakang. Ada sebuah makna kesetaraan, persamaan hak dan derajat manusia dan penghargaan kehidupan yang bertenggang rasa ketika sebiah aktifitas social masyarakat dimulai di masjid. Terlebih lagi dengan latar belakang masyarakat Cirebon yang multi etnik, bahasa dan dialek.
Kedua, ingsun titip fakir miskin. Fakir miskin adalah simbol kesinergian hubungan antara sesama manusia. Dimana fakir miskin atau kemiskinan adalah produk dari sebuah kegagalan pengelolaan Negara/komunal besar. Mengutip kata dari Mahatma Gandhi : Kemiskinan adalah kekerasan yang terkeji, kemiskinan seakan menjadi resiko orang seorang dalam setiap Negara gagal, padahal jika ditelaah dapat dipahami mengapa ada banyak kemiskinan di negeri ini? Mengapa begitu banyak fakir miskin di Indonesia, kenapa mereka masih terjerat dalam kegetiran hidup yang mengharuskan mereka berfikir keras untuk bagaimana memikirkan biaya sekolah anaknya yang mahal, membeli belanja makanan di pasar yang tak pernah kompromistis, betapa setiap warga Negara dituntut untuk bagaimana memikirkan biaya perobatan yang melambung, rumah yang semakin langka dan mahal, usaha ekonomi yang sulit, mencari pekerjaan yang seolah berebut kepentingan hidup dan mati, dan sebagainya. Bukankah kesemua hal tersebut tidak pernah terpikirkan oleh banyak orang di negeri ini tak terkecuali di Cirebon? Pesan ingsun titip fakir miskin sesngguhnya dapat dimaknai sebagai pengejawantahan tegaknya nilai kemanusiaan yang bermula dari penghargaan Negara terhadap Warga negaranya, bagiaman penghargaan warga Negara terhadap warga Negara lainnya, karena dasar dari kemanusiaan adalah empati dan simpati. Namun apakah kedua itu masih dapat kita upayakan dalam irama budaya masyarakat yang seolah diam dan acuh terhadap segala ketidakberesan kondisi saat ini? Sunan gunung Jati yang dianggap sebagai patron misionaris agama Islam di Wilayah Cirebon sebenarnya memiliki kedalaman pesan yang seharusnya dapat kita maknai dengan bijak. Lakukan prioritas utama mengentaskan kemiskinan, bangkitkan kembali industry rakyat (batik,rotan dll) pertanian, menstabilkan ekonomi kerakyatan, menurunkan harga minyak dan bahan pokok makanan, pendidikan dan kesehatan gratis untuk seluruh warga Negara.
Ingsun titip tajug lan fakir miskin adalah khasanah budaya moral masyarakat Cirebon yang harus terus kita pelihara namun jangan salah kaprah dalam memaknainya. Karena dalam untaian kata tersebut memiliki makna yaitu Kesetaraan, Keadilan , Guyub dan yang terakhir dalam menunjang nilai tersebut adalah rasa Kemanusiaan.



Related Posts :

0 Response to "Membedah 'Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin'"

Post a Comment